BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dislokasi merupakan Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan sari secara otomatis (tulang lepas dari sendi).
(brunner & suddarth).
Keluarnya (bercerainya)kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. (Arif Mansyur, dkk. 2000).
Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang di sertai luksasi sendi yang disebut fraktur dis lokasi. ( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138)
1.2 Permasalahan
Adapun permasalahan yang kelompok kami angkat dalam makalah ini adalah:
1). Apakah yang dimaksud dengan dislokasi?
2). Bagaimanakah etiologi dari dislokasi?
3). Bagaimanakah manifestasi klinis dari dislokasi?
4). Bagaimanakah patofisiologi dislokasi?
5). Bagaimana komplikasi dari dislokasi?
6). Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien dislokasi?
1.3 Tujuan
1). Memahami pengertian, penyebab, jenis, serta tanda dan gejala yang muncul
pada dislokasi
2). Menggunakan proses keperawatan sebagai kerangka kerja untuk perawatan
pasien penderita dislokasi
3). Menguraikan prosedur perawatan yang digunakan untuk pasian penderita
dislokasi
BAB 11
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dislokasi
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.
Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya
seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka
mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata
lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan
sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi
macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami
dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan
gampang dislokasi lagi.
2.2 Klasifikasi
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Dislokasi congenital :
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
2. Dislokasi patologik :
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi,
atau osteoporosis tulang ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
3. Dislokasi traumatic :
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress
berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami
pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan
tulang dari jaringan diselilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi,
ligament saraf, dan system vascular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa
berdasarkan tipe kliniknya dibagi atas :
1) Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan
pembengkakan di sekitar sendi.
2) Dislokasi Kronik
3) Dislokasi Berulang
Jika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang
berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang.
Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint.
Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan
oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau
kontraksi otot dan tarikan.
2.3 Etiologi
Dislokasi disebabkan oleh :
1. Cedera olah raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta
olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam,
volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi
pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain
2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga
Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan
dislokasi.
3. Terjatuh
Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin
4. Patologis :
terjadinya ‘tear’ligament dan kapsul articuler yang merupakan komponen vital
penghubung tulang.
2.4 Patofisiologi
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus terdorong
kedepan ,merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.Kadang-kadang
bagian posterolateral kaput hancur.Mesti jarang prosesus akromium dapat
mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta (dengan tangan
mengarah ;lengan ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi da bawah
karakoid).
2.5 Manifestasi Klinis
Nyeri terasa hebat .Pasien menyokong lengan itu dengan tangan sebelahnya dan
segan menerima pemeriksaan apa saja .Garis gambar lateral bahu dapat rata dan
kalau pasien tak terlalu berotot suatu tonjolan dapat diraba tepat di bawah klavikula.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Dengan cara pemeriksaan Sinar –X ( pemeriksaan X-Rays ) pada bagian
anteroposterior akan memperlihatkan bayangan yang tumpah-tindih antara kaput
humerus dan fossa Glenoid, Kaput biasanya terletak di bawah dan medial terhadap
terhadap mangkuk sendi.
2.7 Komplikasi Dini
1) Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot
deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut
2) Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak
3) Fraktur disloksi
Komplikasi lanjut
1) Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan
sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan
rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi
2) Dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas
dari bagian depan leher glenoid
3) Kelemahan otot
2.8 Penatalaksanaan
Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi
jika dislokasi berat.
Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga
sendi.
Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga
agar tetap dalam posisi stabil.
Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4X
sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi
Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan.
2.9Asuhan Keperawatan Dislokasi
1. Pengkajian
a. Identitas dan keluhan utama
b. Riwayat penyakit lalu
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat masa pertumbuhan
Pemeriksaan fisik terutama masalah persendian : nyeri, deformitas, fungsiolesa
misalnya: bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi anterior bahu.
2. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat
mobilisasi
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
4. Gangguan bodi image berhubungan dengan deformitas dan perubahan bentuk
tubuh.
3. Intervensi Diagnosa 1
a. Kaji skala nyeri
b. Berikan posisi relaks pada pasien
c. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi
d. Kolaborasi pemberian analgesi
Diagnosa 2a. Kaji tingkat mobilisasi pasien b. Berikan latihan ROM c. Anjurkan penggunaan alat Bantu jika diperlukan Diagnosa 3 a. Bantu Px mengungkapkan rasa cemas atau takutnya b. Kaji pengetahuan Px tentangh prosedur yang akan dijalaninya. c. Berikan informasi yang benar tentang prosedur yang akan dijalani pasien Diagnosa 4 a. Kaji konsep diri pasien b. Kembangkan BHSP dengan pasien c. Bantu pasien mengungkapkan masalahnya d. Bantu pasien mengatasi masalahnya. 4. Implementasi Keperawatan Lakukan tindakan sesuai dengan apa yang harus anda lakukan pada saat itu. Dan catat apapun yang telah anda lakukan pada pasien. 5. Evaluasi Keperawatan Evalusi tidakan yang telah diberikan. Jika keadaan pasien mulai membaik. Hentikan tindakan. Sebaliknya, jika keadaan pasien memburuk, intervensi harus mengalami perubahan. BAB III PENUTUP Kesimpulan Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi. Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Dislokasi congenital 2. Dislokasi patologik 3. Dislokasi traumatic Penyebab dislokasi Dislokasi disebabkan oleh : 1. Cedera olah raga Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh 2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi. 3. Terjatuh Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin 4. Patologis : terjadinya ‘tear’ligament dan kapsul articuler yang merupakan komponen vital penghubung tulang.
Posting Komentar
kritik dan saran